Zona Populer – Film animasi Jumbo mencatat sejarah gemilang bagi perfilman nasional. Setelah menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa, kini karya produksi Visinema Pictures itu berhasil menembus pasar global dengan meraih hak tayang di 40 negara di seluruh dunia.
Kabar ini diumumkan langsung oleh Visinema dalam acara Power Lunch bertajuk “Membangun Percakapan Global Lewat Entertainment” pada Rabu (8/10). Keberhasilan tersebut menjadi bukti bahwa karya anak bangsa kini mampu bersaing dan diakui secara internasional.
Negara-negara yang akan menayangkan Jumbo mencakup kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, Amerika Latin, hingga Rusia. Langkah ini menjadi lompatan besar bagi film animasi Indonesia untuk dikenal lebih luas oleh penonton global.
Awalnya, kreator Ryan Adriandhy mengungkap bahwa Jumbo hanya akan tayang di 17 negara. Namun, keberhasilan luar biasa di pasar domestik membuat permintaan internasional melonjak tajam.
Kini, distribusinya meluas hingga 40 negara, lebih dari dua kali lipat dari rencana awal. Beberapa negara yang telah menayangkan film ini antara lain Rusia, Belarus, Uzbekistan, Kyrgystan, Singapura, Uni Emirat Arab, Vietnam, dan Taiwan.
Pencapaian ini menunjukkan bahwa cerita dan karakter dalam Jumbo memiliki daya tarik universal yang mampu diterima lintas budaya dan bahasa.
CEO Visinema sekaligus produser Jumbo, Angga Dwimas Sasongko, menegaskan bahwa kunci utama kesuksesan film ini ada pada kekuatan ceritanya.
“Jumbo kami bangun dengan economic runway yang panjang agar proses kreatifnya matang. Kreator butuh waktu untuk menciptakan sesuatu yang relevan lintas generasi,” ujar Angga.
Menurutnya, Jumbo tidak sekadar tontonan anak-anak, melainkan film dengan nilai keluarga, emosi, dan pesan universal yang bisa dirasakan oleh semua penonton. Inilah yang membuat film tersebut mudah diterima oleh audiens internasional.
Dalam acara yang sama, Angga juga memaparkan hasil survei SurV yang dirilis oleh Lokadata.id pada April 2024. Survei tersebut menunjukkan bahwa minat anak muda Indonesia terhadap film sangat tinggi.
Sebanyak 57 persen anak muda menyatakan rutin ke bioskop, dengan pembagian sebagai berikut:
Meski genre horor masih mendominasi dengan 55 persen peminat, genre animasi dan drama ternyata menempati posisi selanjutnya dengan 17 persen penonton masing-masing.
Angka ini memperlihatkan bahwa film animasi seperti Jumbo memiliki potensi besar di kalangan penonton muda yang haus akan hiburan kreatif berkualitas.
Angga menegaskan bahwa kesuksesan film bukan hanya tentang jumlah penonton, tetapi juga tentang bagaimana cerita dapat hidup lama dan relevan.
“Industri film nasional sedang tumbuh pesat, tapi yang penting bukan hanya mengikuti tren. Kami percaya film bukan sekadar produk akhir, tapi medium untuk mendistribusikan cerita,” kata Angga.
Ia juga menjelaskan bahwa Jumbo disiapkan sebagai proyek jangka panjang dengan peta pengembangan yang jelas. Dari satu film, Jumbo akan dikembangkan menjadi serial animasi, musik, hingga merchandise, sehingga membentuk ekosistem ekonomi kreatif berkelanjutan.
Sebagai salah satu rumah produksi paling inovatif di Indonesia, Visinema Pictures terus berfokus pada karya yang membawa nilai-nilai lokal dengan kualitas global. Dengan Jumbo, Visinema menunjukkan bahwa cerita Indonesia bisa dikemas dengan teknologi animasi modern dan disukai oleh audiens dunia.
Pendekatan mereka berfokus pada pembuatan cerita dengan identitas kuat, bukan sekadar mengikuti tren pasar. Langkah ini menjadi pondasi penting bagi Indonesia untuk memiliki posisi kuat dalam industri hiburan global.
Keberhasilan Jumbo menembus 40 negara bukan hanya kemenangan bagi Visinema atau Ryan Adriandhy, tetapi juga menjadi kebanggaan nasional. Film ini membuktikan bahwa cerita lokal dapat menembus pasar global jika digarap dengan visi yang jelas dan kualitas produksi tinggi.
Dengan kisah yang menyentuh dan animasi yang menawan, Jumbo berhasil memikat hati penonton lintas usia dan budaya. Film ini memperlihatkan potensi besar Indonesia dalam industri animasi dunia yang selama ini didominasi oleh studio-studio besar luar negeri.
Langkah Jumbo ke pasar internasional membuka jalan bagi animator muda Indonesia untuk semakin percaya diri menciptakan karya orisinal. Industri animasi kini menjadi salah satu sektor ekonomi kreatif paling menjanjikan, dengan potensi ekspor dan kolaborasi global yang terus berkembang.
Kesuksesan Jumbo juga diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi dan dukungan terhadap studio-studio animasi lokal yang tengah bertumbuh pesat. Dengan fondasi yang kuat, Indonesia berpotensi menjadi pusat animasi baru di kawasan Asia Tenggara.
Visinema tidak hanya melihat Jumbo sebagai film layar lebar, tetapi sebagai Intellectual Property (IP) yang bisa terus berkembang. Dari karakter dan dunia yang dibangun dalam film, Jumbo dapat berkembang menjadi waralaba global yang meliputi serial, game, buku, hingga produk merchandise.
Pendekatan ini sejalan dengan tren industri hiburan dunia yang kini menekankan pentingnya ekspansi lintas platform untuk menjaga keberlanjutan sebuah karya. Dengan strategi ini, Jumbo tidak hanya menjadi film sukses, tetapi juga simbol kekuatan ekonomi kreatif Indonesia.