Zona Populer – Langit malam ini akan menampilkan pemandangan langka dan menakjubkan. Bulan purnama yang jatuh pada Selasa, 7 Oktober 2025, bertepatan dengan dua fenomena sekaligus, yakni Supermoon dan Harvest Moon. Menurut BMKG, fenomena ini menjadi salah satu momen terbaik untuk menikmati keindahan Bulan secara langsung tanpa alat bantu seperti teleskop.
Supermoon terjadi ketika posisi Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi, atau disebut perigee. Karena jarak yang lebih dekat ini, ukuran Bulan tampak lebih besar dan cahayanya lebih terang daripada biasanya. Sementara itu, Harvest Moon merupakan sebutan untuk purnama yang terjadi berdekatan dengan musim gugur di belahan Bumi utara, sebuah tradisi yang sudah dikenal sejak lama.
Bagi masyarakat Indonesia yang ingin menyaksikan fenomena langit ini, waktu terbaiknya adalah saat Bulan baru terbit setelah matahari terbenam. Hal ini diungkapkan oleh Setyoajie Prayoedhie, Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG. Ia menjelaskan bahwa pengamatan terbaik dapat dilakukan ketika langit mulai gelap, sehingga warna Bulan terlihat lebih jelas dan keemasan.
“Waktu terbaik menyaksikan Supermoon di Indonesia pada saat Bulan terbit, biasanya setelah matahari terbenam. Pada waktu tersebut, warna Bulan terlihat lebih indah dan jelas,” kata Setyoajie dalam keterangan resminya.
Namun, ia juga menambahkan bahwa keindahan Supermoon sangat bergantung pada kondisi cuaca di masing-masing wilayah. Jika langit tertutup awan atau mendung, kemungkinan Bulan tampak kurang jelas atau bahkan tertutup sama sekali.
“Tentu saja, semuanya tergantung pada dinamika atmosfer dan kondisi cuaca saat pengamatan,” tambahnya.
Fenomena ini dinamakan Supermoon karena posisi Bulan berada pada jarak paling dekat dengan Bumi. Pada momen seperti ini, ukuran Bulan terlihat sekitar 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibanding purnama biasa. Itulah sebabnya Supermoon sering dinanti oleh para pengamat langit dan fotografer.
Sementara istilah Harvest Moon berasal dari tradisi masyarakat di belahan Bumi utara, khususnya petani yang menggunakan cahaya Bulan purnama untuk membantu panen pada malam hari. Biasanya, Harvest Moon terjadi pada bulan September, tetapi pada tahun 2025 ini bergeser ke bulan Oktober. Pergeseran tersebut disebabkan oleh perbedaan waktu antara fase purnama dan titik equinox musim gugur.
Menurut laporan yang dikutip dari Space, dalam kurun waktu antara tahun 1970 hingga 2050, hanya tercatat 18 kali Harvest Moon terjadi di bulan Oktober. Fenomena terakhir kali muncul pada tahun 2020 dan baru akan terulang lagi pada tahun 2028. Dengan demikian, Supermoon 7 Oktober 2025 menjadi salah satu momen langka yang patut disaksikan.
Baca Juga : “Belajar Sambil Bermain Cara Efektif Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu Anak“
BMKG juga mencatat bahwa fenomena kali ini merupakan Supermoon pertama di tahun 2025. Artinya, ini adalah kesempatan awal masyarakat untuk menikmati purnama terbesar dalam tahun ini. Karena intensitas cahaya Bulan yang lebih kuat, pengamat disarankan untuk mencari tempat terbuka dengan minim polusi cahaya agar bisa melihat Supermoon dengan lebih jelas.
Daerah pantai, pegunungan, atau dataran tinggi menjadi lokasi ideal untuk menikmati fenomena ini. Di wilayah perkotaan, pengamat disarankan untuk mencari tempat yang jauh dari gedung tinggi atau lampu jalan yang terlalu terang. Dengan begitu, warna kekuningan Bulan saat terbit dapat terlihat lebih dramatis.
Agar pengalaman menyaksikan Supermoon semakin maksimal, ada beberapa tips yang bisa diikuti:
Meski Supermoon bukan fenomena baru, kombinasi dengan Harvest Moon menjadikannya istimewa. Dalam satu tahun, biasanya hanya terjadi 3–4 kali Supermoon, namun tidak semuanya bertepatan dengan fase purnama di musim gugur. Karena itu, fenomena malam ini tergolong unik dan jarang terjadi.
Astronom menyebutkan bahwa Supermoon malam ini juga menjadi salah satu yang paling terang sepanjang dekade ini. Dengan jarak sekitar 357.000 kilometer dari Bumi, Bulan berada di titik terdekatnya, membuat cahayanya terasa lebih menyinari langit malam. Banyak pengamat langit menyebut bahwa Supermoon kali ini akan tampak sekitar 7 persen lebih besar dibanding purnama biasa.
Selain aspek astronomi, Harvest Moon juga memiliki makna budaya di berbagai negara. Di Jepang, fenomena ini dikenal sebagai “Tsukimi”, yakni tradisi memandangi Bulan purnama sambil bersyukur atas hasil panen. Di Tiongkok, Harvest Moon dirayakan bersamaan dengan Festival Pertengahan Musim Gugur, di mana masyarakat berkumpul untuk menikmati kue bulan (mooncake) bersama keluarga.
Walau Indonesia tidak mengalami musim gugur, masyarakat tetap bisa menikmati keindahan dan makna simbolis dari fenomena langit ini. Banyak yang memanfaatkan momen Supermoon untuk berfoto, melakukan meditasi, atau sekadar menikmati ketenangan malam di bawah cahaya Bulan yang terang.