Prospek Akhir IHSG 2025: Volatilitas Tinggi, Tetap di Atas 8.000
Zona Populer – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan masih memiliki prospek positif hingga akhir tahun ini meskipun tetap dibayangi volatilitas yang cukup tinggi. Menurut riset Kiwoom Sekuritas, Prospek Akhir IHSG 2025 diperkirakan mampu bertahan di kisaran 7.850–8.000, sebuah proyeksi yang dinilai konservatif dan moderat dalam menghadapi ketidakpastian global.
Pada perdagangan terakhir bulan September 2025, IHSG ditutup melemah 62,18 poin atau turun 0,77 persen ke level 8.061,06. Meski demikian, secara bulanan IHSG masih menunjukkan performa yang kuat dengan kenaikan 4,20 persen, dan secara kuartalan mencatat lonjakan signifikan sebesar 16,87 persen pada kuartal III-2025.
Faktor Domestik Penopang IHSG Kuartal IV-2025
Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa faktor domestik masih menjadi penentu utama arah IHSG pada kuartal IV-2025. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan meliputi:
Kebijakan Suku Bunga Bank Indonesia Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) pada September lalu diharapkan menjadi katalis positif bagi pasar modal. Turunnya suku bunga dapat mendorong likuiditas, mengurangi beban bunga emiten, serta memperbesar minat investor terhadap instrumen saham.
Intervensi Bank Indonesia di Pasar Valas dan SBN Langkah BI yang agresif dalam menstabilkan rupiah melalui intervensi di pasar valas dan Surat Berharga Negara (SBN) juga memberi sinyal kuat terhadap stabilitas moneter. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan investor asing maupun domestik.
Stabilitas Rupiah Nilai tukar rupiah yang relatif terjaga menjadi faktor kunci bagi pergerakan IHSG. Stabilitas rupiah dapat mengurangi risiko arus keluar modal asing yang kerap terjadi saat terjadi gejolak global.
Kinerja Emiten Kuartal III-2025 Rilis laporan keuangan emiten pada kuartal III juga akan menjadi sorotan pasar. Performa positif dari emiten unggulan seperti perbankan, energi, dan teknologi dapat memperkuat fundamental IHSG.
Fenomena Window Dressing Akhir Tahun Menjelang tutup tahun, ada potensi window dressing di mana manajer investasi berupaya mempercantik portofolio mereka. Tradisi ini biasanya menjadi pendorong tambahan bagi kenaikan IHSG di bulan Desember.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi IHSG
Selain faktor domestik, Liza juga menyoroti adanya tantangan dari faktor eksternal yang bisa memengaruhi Prospek Akhir IHSG 2025, antara lain:
Kebijakan Suku Bunga The Fed Arah kebijakan Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat akan sangat memengaruhi arus modal global. Kenaikan atau penurunan suku bunga akan menentukan daya tarik pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Pergerakan Dolar AS Penguatan dolar AS biasanya memberi tekanan pada mata uang emerging market, termasuk rupiah. Hal ini bisa berimbas pada minat investor asing di pasar saham Indonesia.
Kebijakan Tarif Donald Trump Eskalasi tarif dagang yang diinisiasi oleh pemerintahan Trump kembali menciptakan ketidakpastian dalam perdagangan global. Tensi dagang yang meningkat bisa mengganggu aliran perdagangan dan berdampak pada harga komoditas.
Dinamika Harga Komoditas Global Indonesia sebagai negara pengekspor komoditas sangat dipengaruhi oleh harga batu bara, minyak, CPO, dan nikel. Fluktuasi harga global dapat menjadi sentimen positif maupun negatif bagi IHSG.
Arus Dana Asing Masih Jadi Tekanan
Meski indikator fundamental domestik cukup mendukung, arus dana asing masih menjadi faktor yang perlu diwaspadai. Berdasarkan catatan Kiwoom Sekuritas, pada akhir kuartal III-2025 tercatat terjadi net sell besar-besaran senilai Rp 1,25 triliun di pasar reguler. Bahkan sepanjang September 2025, total capital outflow mencapai Rp 9,45 triliun.
Secara kuartalan, pasar modal Indonesia juga membukukan jual bersih sebesar Rp 6,28 triliun. Tekanan arus keluar dana asing ini menunjukkan investor global masih berhati-hati terhadap kondisi pasar emerging market.
Meski demikian, peluang inflow selektif masih terbuka, terutama melalui katalis rebalancing indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI). Jika investor asing kembali masuk, likuiditas pasar saham domestik berpotensi meningkat.
Sentimen Investor dan Strategi Investasi
Dengan kondisi volatilitas tinggi namun prospek jangka menengah masih positif, investor disarankan tetap cermat dalam memilih strategi. Beberapa poin penting bagi investor antara lain:
Diversifikasi Portofolio Investor sebaiknya tidak hanya mengandalkan saham, tetapi juga mempertimbangkan instrumen pendukung lain seperti obligasi dan reksa dana pasar uang.
Fokus pada Sektor Fundamental Kuat Sektor perbankan, komoditas unggulan, energi terbarukan, dan teknologi digital diperkirakan masih menjadi motor penggerak IHSG.
Mengantisipasi Volatilitas Investor perlu menyiapkan strategi buy on weakness ketika terjadi koreksi pasar, sambil memperhatikan tren makroekonomi.
Memantau Faktor Global Kondisi ekonomi AS, dinamika geopolitik, serta tren harga komoditas harus terus dipantau karena sangat memengaruhi arah IHSG.
Prospek Jangka Panjang IHSG
Secara jangka panjang, perekonomian Indonesia dinilai masih memiliki daya tarik yang kuat. Stabilitas makroekonomi, bonus demografi, serta meningkatnya digitalisasi ekonomi akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan pasar modal.
Selain itu, program pembangunan infrastruktur yang berlanjut, transformasi energi, serta masuknya investor asing strategis ke sektor manufaktur juga memberi sentimen positif. Dengan fundamental ekonomi yang solid, IHSG diproyeksikan tetap bisa tumbuh secara berkelanjutan meskipun sesekali diguncang oleh volatilitas global.