Zona Populer – Di era digital yang semakin cepat ini, Opini Panas! Kenapa Influencer Sekarang Lebih Berbahaya dari Politisi? menjadi pertanyaan yang tak bisa dihindari. Influencer kini memiliki kekuatan besar dalam membentuk opini publik, bahkan melampaui peran politisi dalam beberapa aspek. Namun, apakah benar mereka lebih berbahaya? Mari kita kupas dengan jernih dan mendalam.
Salah satu perbedaan mencolok antara politisi dan influencer terletak pada regulasi. Seorang politisi tunduk pada sistem, hukum, dan pengawasan publik. Di sisi lain, influencer adalah sosok bebas yang dapat menyebarkan opini, produk, hingga ideologi tanpa batasan yang jelas.
Misalnya, dalam beberapa kasus, konten yang mengandung disinformasi atau manipulasi opini dari influencer justru tersebar luas karena algoritma platform sosial lebih mengedepankan engagement daripada kebenaran. Hal ini sangat kontras dengan politisi yang setiap ucapannya bisa diperkarakan secara hukum atau dipertanyakan oleh media.
Tidak hanya itu, karena tidak adanya kewajiban transparansi, influencer bisa menjalin kolaborasi dengan merek, organisasi, bahkan aktor politik—tanpa menyebutkan afiliasi atau kepentingan di baliknya. Ini memperlihatkan betapa pengaruh mereka bisa sangat besar dan membahayakan jika tidak disadari publik.
Kebanyakan influencer menjalin kedekatan emosional dengan audiens mereka. Mereka hadir setiap hari melalui Instagram Story, TikTok, atau YouTube, membagikan rutinitas, perasaan, hingga pemikiran. Interaksi seperti ini membuat publik merasa memiliki hubungan personal, sehingga opini mereka lebih mudah diterima tanpa disaring terlebih dahulu.
Berbeda dengan politisi yang kerap dianggap “jauh dari rakyat”, influencer justru berada dalam genggaman tangan, satu klik dari perhatian jutaan orang. Di sinilah letak bahayanya. Saat mereka menyampaikan opini kontroversial atau bias, pengikutnya lebih cenderung menerima tanpa verifikasi.
Beberapa influencer kini tidak hanya bicara soal fashion atau lifestyle, tapi mulai menyentuh isu-isu politik, sosial, dan ekonomi. Tanpa kapasitas akademik atau pemahaman menyeluruh, opini yang disampaikan kerap menyederhanakan isu kompleks. Bahkan, dalam beberapa kasus, influencer digunakan sebagai alat kampanye terselubung oleh kelompok politik.
Tidak seperti politisi yang diwajibkan mengikuti debat terbuka atau memberikan klarifikasi, influencer bisa dengan mudah “menghilang” ketika opininya menimbulkan kontroversi. Di sinilah frasa Opini Panas! Kenapa Influencer Sekarang Lebih Berbahaya dari Politisi? menjadi sangat relevan.
baca juga : “Dunia Anak Dunia Bermain Mengapa Bermain Sangat Penting?“
Banyak influencer menyajikan gaya hidup yang tampak “sempurna”—liburan mewah, tubuh ideal, konsumsi barang-barang mahal. Narasi seperti ini dapat menciptakan tekanan sosial dan mental bagi para pengikutnya. Hal ini diperparah saat mereka menyelipkan opini seolah semua orang bisa mencapai standar tersebut jika “berusaha cukup keras”, mengabaikan faktor sistemik dan kenyataan sosial.
Dalam konteks ini, politisi setidaknya memiliki tanggung jawab publik atas retorika yang mereka bangun. Sedangkan influencer, sering kali berlindung di balik dalih “personal opinion” meskipun dampaknya sangat luas.
Opini dari influencer dengan jutaan pengikut bisa menciptakan polarisasi dalam masyarakat. Ketika satu influencer menyuarakan ide A dan lainnya menyuarakan ide B, pengikut mereka pun terbagi. Perbedaan pendapat menjadi konflik terbuka di ruang publik digital. Tanpa kontrol atau mediasi, konflik ini bisa menjalar hingga kehidupan nyata.
Seiring meningkatnya konsumsi media sosial, kita tidak bisa menghindari paparan dari influencer. Namun, penting bagi kita untuk mengembangkan kesadaran kritis. Jangan hanya karena seseorang populer, lalu kita telan mentah-mentah setiap opininya.
Transisi dari sekadar hiburan ke bentuk pengaruh sosial adalah sesuatu yang tidak boleh dianggap enteng. Bukan berarti semua influencer berbahaya, namun ketika tidak ada batasan dan pertanggungjawaban, Opini Panas! Kenapa Influencer Sekarang Lebih Berbahaya dari Politisi? menjadi refleksi penting dalam dunia digital hari ini.
Pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu lebih aktif mengedukasi literasi media dan digital, terutama kepada generasi muda. Ajarkan bagaimana membedakan opini pribadi, fakta, dan propaganda terselubung.
Meski influencer bukan pejabat publik, mereka tetap memiliki tanggung jawab moral. Komunitas dan platform sosial harus mendorong pembuatan kode etik atau pedoman perilaku agar para influencer menyadari dampak dari apa yang mereka publikasikan.