Zona Populer – Tahun 2025 menandai lahirnya tren baru dalam pergerakan sosial dan budaya global. Jika beberapa tahun sebelumnya dunia sempat dipenuhi simbol hitam dan putih sebagai representasi solidaritas, kini Merah Muda & Hijau hadir sebagai warna yang menjadi simbol gerakan baru. Dua warna ini bukan hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga menyimpan pesan kuat tentang keberanian, harapan, serta kepedulian generasi muda terhadap masa depan.
Merah muda sering kali diasosiasikan dengan kelembutan, kasih sayang, dan empati. Sementara itu, hijau identik dengan alam, pertumbuhan, dan keberlanjutan. Ketika keduanya disatukan, terbentuklah pesan yang unik: kekuatan yang lembut namun tegas, serta semangat menjaga bumi tanpa meninggalkan sisi emosional dan humanis.
Para pengamat budaya menyebut bahwa simbol warna ini muncul sebagai respons terhadap berbagai krisis yang melanda dunia, mulai dari perubahan iklim hingga konflik sosial. Generasi muda memilih jalur ekspresif yang menggabungkan estetika visual dengan pesan moral yang kuat.
Tren ini pertama kali mencuat di media sosial pada akhir 2024. Ribuan pengguna TikTok, Instagram, dan X (Twitter) mulai menampilkan konten dengan nuansa Merah Muda & Hijau, baik melalui busana, seni digital, maupun kampanye online. Hashtag #PinkAndGreen2025 bahkan sempat menduduki trending topic global, memperlihatkan bagaimana gerakan ini menyebar lintas negara dalam waktu singkat.
Salah satu tokoh muda aktivis lingkungan, Aisha Rahman, mengatakan bahwa penggunaan warna menjadi cara baru untuk membangun solidaritas. “Anak muda sekarang butuh simbol yang sederhana namun bermakna. Warna mudah ditangkap, mudah disebarkan, dan mudah dikenali,” ujarnya.
Baca Juga : “Membangun Karakter Anak Lewat Nilai Moral dan Spiritual“
Industri mode menjadi salah satu sektor pertama yang menangkap tren ini. Beberapa desainer internasional langsung menghadirkan koleksi busana dengan dominasi dua warna tersebut. Runway di Milan dan Paris Fashion Week 2025 dipenuhi kombinasi merah muda lembut dengan hijau segar, seolah mengukuhkan peran fashion sebagai media ekspresi politik.
Tak hanya di catwalk, para aktivis juga mengenakan atribut serupa dalam aksi protes damai. Spanduk, poster, hingga aksesori seperti pita dan gelang berwarna merah muda dan hijau menjadi ciri khas yang mudah dikenali dalam berbagai demonstrasi.
Sosiolog menilai bahwa tren warna ini mencerminkan karakter generasi Z dan Alpha yang lebih ekspresif serta mengedepankan identitas visual. Mereka tidak hanya menuntut perubahan, tetapi juga ingin menyampaikannya dengan cara kreatif. Visualisasi dianggap lebih efektif daripada sekadar teks atau pidato panjang.
Gerakan ini juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas isu. Misalnya, kampanye lingkungan disatukan dengan isu kesehatan mental. Warna merah muda mewakili empati terhadap sesama, sedangkan hijau menjadi pengingat akan pentingnya menjaga alam.
Musik, film, dan seni pertunjukan pun ikut memanfaatkan simbol ini. Beberapa musisi indie meluncurkan album dengan cover art berwarna merah muda dan hijau. Sementara itu, sejumlah festival film independen menggunakan tema serupa sebagai simbol perlawanan kreatif terhadap industri besar yang dianggap terlalu komersial.
Di dunia digital, seniman NFT juga ramai mengeluarkan karya bertema dua warna ini. Setiap karya tidak hanya dijual sebagai aset seni, tetapi juga sebagian hasil penjualannya disalurkan ke lembaga amal dan organisasi lingkungan.
Menariknya, tren ini juga ditanggapi serius oleh pemerintah dan sektor korporasi. Beberapa perusahaan mulai menggunakan elemen warna ini dalam kampanye keberlanjutan, meskipun tak sedikit yang dikritik hanya menumpang popularitas.
Di sisi lain, sejumlah lembaga pemerintahan memandang simbol warna ini sebagai momentum positif. Mereka melihatnya sebagai cara efektif untuk mengajak generasi muda lebih terlibat dalam program-program sosial.
Meski tampak positif, gerakan ini juga menuai kritik. Beberapa pihak menilai penggunaan warna terlalu simbolis dan berisiko mengaburkan substansi. Aktivis senior memperingatkan agar generasi muda tidak terjebak pada tren visual semata tanpa aksi nyata.
Namun, pembela tren ini berargumen bahwa simbol hanyalah pintu masuk. Setelah perhatian publik berhasil didapat, langkah konkret seperti kampanye lingkungan, penggalangan dana, dan advokasi kebijakan dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Terlepas dari pro dan kontra, tak bisa dipungkiri bahwa warna memiliki kekuatan besar sebagai bahasa universal. Dalam dunia yang penuh perbedaan bahasa, budaya, dan ideologi, simbol visual mampu menembus batas komunikasi. Merah Muda & Hijau berhasil menjadi contoh nyata bagaimana estetika dan aktivisme dapat bersatu.