Zona Populer – Pada awal Agustus 2025, Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang mengkhawatirkan. Gunung api yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur ini memuntahkan abu vulkanik setinggi 11 mil (sekitar 17 kilometer) ke atmosfer, menyebabkan kekacauan di sejumlah desa sekitar. Ledakan besar ini bukan hanya mengejutkan warga lokal, tetapi juga mengundang perhatian nasional dan internasional karena potensi dampaknya yang sangat besar terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat.
Erupsi dimulai pada dini hari ketika sebagian besar warga masih tertidur. Sekitar pukul 03.45 WITA, dentuman keras terdengar hingga radius 15 kilometer. Beberapa warga desa Nawokote, Boru, dan Jontona mengaku mendengar suara gemuruh disertai getaran tanah yang menyebabkan mereka berhamburan keluar rumah.
Langit pagi yang seharusnya cerah berubah menjadi gelap gulita karena hujan abu yang turun deras. Dalam waktu singkat, jarak pandang menurun drastis, dan banyak kendaraan harus berhenti beroperasi. Sekolah dan kantor pemerintahan terpaksa diliburkan. Desa-desa yang terletak di lereng dan kaki gunung kini berada dalam status siaga penuh.
Letusan yang memuntahkan kolom abu hingga 11 mil ke udara dikategorikan sebagai letusan besar. Ketinggian tersebut menandakan bahwa material vulkanik mencapai lapisan stratosfer, yang bisa berdampak pada iklim mikro dan mengganggu penerbangan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama PVMBG segera mengeluarkan peringatan navigasi udara (SIGMET) untuk wilayah udara di sekitar Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya. Beberapa rute penerbangan dari dan ke Kupang, Maumere, serta Labuan Bajo dibatalkan atau dialihkan demi keselamatan.
Selain itu, hujan abu juga berpotensi mencemari sumber air bersih, merusak tanaman pertanian, serta mengancam kesehatan saluran pernapasan masyarakat.
Desa-desa di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki kini berada dalam kondisi genting. Pemerintah daerah menyatakan sedikitnya lima desa masuk dalam zona merah rawan bencana. Ratusan keluarga telah dievakuasi ke titik-titik pengungsian di desa tetangga dan posko darurat yang didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Kondisi pengungsi cukup memprihatinkan. Banyak dari mereka kehilangan tempat tinggal, ternak, dan mata pencaharian. Akses logistik juga mulai terhambat akibat jalan-jalan tertutup material vulkanik. Warga yang bertahan pun mulai kekurangan pasokan makanan, air bersih, dan masker pelindung.
Desa Boru, salah satu desa yang paling dekat dengan kawah, kini nyaris tak berpenghuni. Banyak rumah rata dengan tanah atau tertutup oleh abu setebal 20-30 sentimeter. Pepohonan mati terbakar, dan lahan pertanian yang selama ini menjadi sumber penghidupan penduduk kini berubah menjadi lahan abu.
Pemerintah pusat bersama BNPB segera menurunkan tim khusus untuk menilai kerusakan dan menyusun rencana rehabilitasi. Bantuan logistik, medis, dan teknis mulai dikirimkan melalui jalur udara dan laut.
Presiden RI dalam pernyataan singkat menyatakan bahwa pemerintah akan memberikan perhatian penuh terhadap bencana ini, termasuk pemulihan infrastruktur dan pemindahan sementara warga terdampak.
Beberapa organisasi kemanusiaan juga mulai membuka donasi publik untuk membantu korban erupsi. Tim medis dari Palang Merah Indonesia dan relawan dari berbagai daerah turut serta mendirikan pos kesehatan darurat dan dapur umum di beberapa titik aman.
Gunung Lewotobi Laki-Laki memiliki sejarah letusan yang cukup aktif. Dalam 50 tahun terakhir, tercatat beberapa kali erupsi besar dan kecil terjadi. Namun, letusan pada Agustus 2025 ini termasuk yang paling dahsyat dalam dua dekade terakhir.
Menurut ahli vulkanologi dari PVMBG, letusan kali ini dipicu oleh aktivitas magmatik dalam yang mulai terdeteksi sejak akhir Juni. Seismograf mencatat peningkatan aktivitas tremor dalam dan gas SO2 yang signifikan, namun intensitasnya melonjak tajam hanya dalam 48 jam sebelum letusan terjadi.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas gunung api bisa sangat cepat berubah dan sulit diprediksi, sekalipun pemantauan sudah dilakukan secara berkala.
baca juga : “Pola Makan Sederhana Anak, Kunci Kesehatan dan Kecerdasan“
Ahli geologi memperingatkan kemungkinan terjadinya letusan susulan atau lahar dingin yang dapat memperburuk kondisi. Lahar dingin dapat terbentuk jika hujan turun deras dan membawa material vulkanik ke daerah hilir, mengancam sungai-sungai dan desa yang sebelumnya tidak terdampak langsung.
Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk tetap waspada dan tidak kembali ke desa sebelum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang. Gunung api seperti Lewotobi dapat mengalami fase erupsi berkepanjangan yang berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Tragedi Lewotobi Laki-Laki memberikan pelajaran penting mengenai kesiapsiagaan bencana. Meski Indonesia merupakan negara dengan banyak gunung api aktif, masih banyak daerah yang belum memiliki sistem evakuasi cepat dan pendidikan kebencanaan yang memadai.
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu lebih serius dalam menerapkan mitigasi bencana berbasis komunitas. Penyediaan jalur evakuasi, pelatihan rutin, serta simulasi bencana harus menjadi agenda utama terutama di daerah rawan seperti Flores Timur.