Zona Populer – Jakarta — Panggung musik nasional kembali bersinar. Pada gelaran AMI Awards 2025, panitia mengusung tema “Bhinneka Tunggal Suara” sebagai landasan kebersamaan dalam keberagaman musik.
Pemilihan tema “Bhinneka Tunggal Suara” menegaskan bahwa meskipun musik Indonesia lahir dari ragam genre, budaya, dan gaya, semuanya mampu berpadu dalam harmoni yang satu.
Ketua Umum AMI, Candra Darusman, menyampaikan bahwa tema tersebut bukan sekadar slogan, melainkan refleksi nyata dari keragaman dan kolaborasi antar-musisi Indonesia.
Pada penyelenggaraan kali ini, tercatat 5.227 karya musik yang bersaing untuk lolos ke tahap nominasi. Sesuai periode penilaian dari 1 Juli 2024 hingga 30 Juni 2025.
Dari ribuan karya tersebut, akhirnya dipilih 63 kategori penghargaan yang akan dipertandingkan di malam puncak AMI Awards 2025.
Menariknya, OST film JUMBO menjadi unsur dominan dalam nominasi, memborong banyak entry di berbagai kategori.
Salah satu pembaruan signifikan di AMI Awards 2025 adalah penambahan kategori baru untuk menghargai pekerja kreatif belakang layar.
Lima kategori khusus tersebut meliputi:
Candra Darusman menyebut bahwa mereka ingin memperluas apresiasi tidak hanya pada artis yang terlihat, tetapi juga kreator yang berkontribusi di balik karya.
Meltho, salah satu direktur vokal yang terlibat, mengakui bahwa pemilihan di kategori aransemen vokal sangat menantang karena kualitas karya sangat kompetitif.
Dalam pengumuman resmi, beberapa nama besar kembali muncul sebagai nominator utama.
Contohnya:
Persaingan di kategori inti seperti Album Terbaik, Artis Solo Terbaik, hingga Tim Produksi akan menjadi titik perhatian para penggemar musik dan industri.
Malam puncak penghargaan akan digelar pada 19 November 2025 di Jakarta.
Acara ini diharapkan menjadi momentum perayaan kreasi musik Indonesia sekaligus pemersatu lewat tema besar yang diusung.
Panitia menargetkan agar penilaian berjalan objektif dan transparan, melibatkan juri independen dan mekanisme seleksi berlapis.
Melalui AMI Awards 2025, diharapkan musisi dari wilayah timur, daerah terpencil, maupun musisi independen bisa mendapatkan kesempatan yang setara untuk bersinar. Tema “Bhinneka Tunggal Suara” bukan hanya slogan, melainkan panggilan supaya musik Indonesia tetap inklusif, merangkul, dan tak terputus meski berbeda lantang.