Zona Populer – Bandung kembali menjadi pusat perhatian nasional. Dengan munculnya gerakan mahasiswa dari Universitas Islam Bandung (UNISBA) dan Universitas Pasundan (UNPAS), suara perjuangan untuk perubahan sosial dan politik semakin menguat. ALL EYES ON BANDUNG bukan sekadar slogan, melainkan cerminan semangat perlawanan yang lahir dari keresahan publik terhadap berbagai persoalan bangsa.
Bandung sejak dulu dikenal sebagai kota perjuangan. Sejarah mencatat bahwa kota kembang ini pernah melahirkan banyak pergerakan mahasiswa yang berperan penting dalam jalannya reformasi. Kini, di tengah situasi sosial, ekonomi, dan politik yang dinilai semakin tidak berpihak pada rakyat, mahasiswa Bandung kembali bangkit.
UNISBA dan UNPAS menjadi titik fokus pergerakan ini. Mahasiswa dari kedua kampus tersebut tidak hanya menyuarakan aspirasi di lingkup internal, tetapi juga menggerakkan aksi solidaritas yang menggema ke berbagai daerah di Indonesia.
Di UNISBA, mahasiswa menyuarakan keresahan soal kondisi demokrasi yang dianggap semakin terpinggirkan. Mereka menyoroti masalah kebebasan berpendapat, ketimpangan ekonomi, hingga isu lingkungan yang kerap diabaikan.
Sementara itu, mahasiswa UNPAS menyuarakan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai lebih berpihak pada kepentingan elit dibanding rakyat. Mereka juga menyoroti pentingnya menjaga independensi kampus sebagai ruang intelektual yang bebas dari intervensi politik.
Gabungan suara dari dua kampus besar di Bandung ini membuat publik menaruh perhatian lebih. Tak heran, muncul narasi ALL EYES ON BANDUNG yang menggema di media sosial maupun ruang publik.
Baca Juga : “Mengasah Kepintaran Anak dengan Cara Menyenangkan“
Gerakan mahasiswa Bandung tak hanya berhenti di jalanan. Media sosial menjadi ruang penting untuk menyebarkan pesan perjuangan. Tagar #AllEyesOnBandung menjadi trending, menyuarakan dukungan luas dari berbagai kalangan.
Kekuatan digital ini menjadikan isu lokal di Bandung mendapat atensi nasional bahkan internasional. Banyak tokoh publik, aktivis, hingga akademisi ikut menyuarakan dukungan, memperkuat posisi gerakan mahasiswa sebagai kekuatan moral bangsa.
Ada beberapa isu utama yang menjadi bahan sorotan dalam pergerakan ini:
Pergerakan ini mendapat dukungan luas, mulai dari sesama mahasiswa di kampus lain, masyarakat sipil, hingga akademisi. Banyak yang melihat gerakan ini sebagai tanda bahwa generasi muda tidak tinggal diam menghadapi ketidakadilan.
Sejumlah pengamat politik juga menilai bahwa ALL EYES ON BANDUNG menjadi simbol baru kebangkitan gerakan mahasiswa di era digital. Bandung kembali menjadi panggung perlawanan, sama seperti era 1998 saat mahasiswa berperan penting dalam reformasi.
Tak bisa dipungkiri, setiap gerakan mahasiswa selalu menarik perhatian pemerintah dan aparat keamanan. Aksi mahasiswa UNISBA dan UNPAS sempat mendapat pengawalan ketat dari kepolisian. Meski begitu, mahasiswa tetap menekankan bahwa gerakan mereka bersifat damai dan intelektual, bukan anarkis.
Pemerintah pusat hingga daerah dituntut lebih terbuka terhadap aspirasi mahasiswa. Banyak pihak mengingatkan agar pemerintah tidak mengulangi kesalahan masa lalu yang cenderung menekan suara kritis.
Meski berawal dari Bandung, resonansi gerakan ini bisa menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa kampus di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya mulai menyuarakan dukungan serupa. Bila hal ini berlanjut, bukan tidak mungkin ALL EYES ON BANDUNG akan menjadi gerakan mahasiswa nasional dengan dampak besar terhadap arah politik bangsa.
Gerakan mahasiswa Bandung tentu tidak lepas dari tantangan. Stigma negatif, represi aparat, hingga potensi perpecahan internal bisa menjadi hambatan. Namun, jika mahasiswa tetap konsisten, bersatu, dan fokus pada isu rakyat, maka suara mereka akan semakin kuat.
Harapan besar terletak pada mahasiswa sebagai agen perubahan. Sejarah membuktikan bahwa banyak perubahan besar di negeri ini lahir dari perlawanan mahasiswa.