Zona Populer – Affan Kurniawan menjadi sorotan publik setelah tragedi memilukan yang terjadi di tengah unjuk rasa besar di Jakarta pada Kamis malam, 28 Agustus 2025. Namanya kini melekat dalam ingatan masyarakat Indonesia sebagai simbol duka, sekaligus tanda tanya besar tentang bagaimana seorang warga biasa bisa menjadi korban dalam gejolak politik yang memanas.
Peristiwa bermula ketika demonstrasi besar-besaran terjadi di kawasan Senayan, Jakarta. Ribuan massa dari berbagai elemen—mahasiswa, buruh, hingga ojek online—turun ke jalan menolak kebijakan kenaikan tunjangan DPR yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Situasi memanas saat aparat mulai membubarkan massa dengan kendaraan taktis.
Di tengah kepadatan itu, Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online yang sedang melintas usai mengantarkan pesanan, terjebak di lokasi. Naas, ia terpeleset ketika berusaha menghindar dan tubuhnya tertabrak kendaraan Barracuda Brimob. Meski sempat dibawa ke rumah sakit, nyawanya tak terselamatkan.
Kabar meninggalnya Affan menyebar cepat melalui media sosial. Tagar #JusticeForAffan dan #PolisiPembunuhRakyat sempat memuncaki trending topic X di Indonesia. Unggahan dari akun @idwiki yang pertama kali mengabarkan kronologi menjadi viral, disebarkan ulang puluhan ribu kali dan menuai komentar pedih dari warganet.
Banyak netizen menyamakan peristiwa ini dengan tragedi besar di masa lalu. Bagi sebagian orang, nama Affan bukan sekadar korban kecelakaan, tetapi simbol perlawanan terhadap arogansi kekuasaan.
Baca Juga : “Perkembangan Anak Sejak Dini, Terbaik untuk Masa Depan“
Sejak Jumat pagi (29/8), ribuan pengemudi ojol berbondong-bondong mengiringi pemakaman Affan di TPU Karet Bivak. Mereka datang dengan atribut seragam dan bendera komunitas, mengawal jenazah dari rumah duka di Menteng. Aksi solidaritas ini menjadi pemandangan haru, seakan menunjukkan bahwa Affan bukan hanya milik keluarga, tapi milik perjuangan bersama.
Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) juga menggelar aksi long march dari Depok menuju Jakarta. Dengan almamater kuning, mereka menuntut pertanggungjawaban atas kematian Affan dan mendesak pemerintah menindak tegas aparat yang lalai.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan permintaan maaf terbuka dan berjanji mengusut kasus ini secara transparan. Tujuh anggota Brimob yang bertugas malam itu langsung diperiksa. Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto dalam pernyataan resmi menyebut kematian Affan sebagai tragedi kemanusiaan yang tak boleh terulang.
Meski begitu, banyak pihak menilai pernyataan itu belum cukup. Desakan agar pemerintah membentuk tim independen untuk menyelidiki peristiwa terus bergema.
Di linimasa X, foto-foto terakhir Affan saat mengenakan jaket ojol dan helm biru menjadi viral. Banyak warganet menuliskan doa, puisi, dan pesan duka. Sebagian bahkan menjadikan fotonya sebagai gambar profil, tanda solidaritas digital.
Unggahan akun @idwiki yang menjadi sumber awal berita menekankan bahwa kasus ini bukan hanya soal kecelakaan lalu lintas, melainkan soal bagaimana aparat menggunakan kekuatan di ruang publik. Narasi itu disebarkan lebih luas, hingga media internasional mulai menyoroti.
Tragedi Affan Kurniawan mengingatkan masyarakat bahwa unjuk rasa selalu membawa risiko, terutama bagi mereka yang hanya kebetulan berada di sekitar lokasi. Sosok Affan, seorang anak muda pekerja keras, kini menjadi cermin rapuhnya perlindungan terhadap warga biasa.
Banyak pihak berharap peristiwa ini menjadi momentum perbaikan, baik dalam penanganan aksi massa maupun perlindungan hukum terhadap rakyat kecil. Nama Affan kini disandingkan dengan deretan tokoh yang gugur dalam sejarah panjang demonstrasi Indonesia.